Jumat, 13 April 2012

hujan dan senja

Aku sengaja melewatkan senja hari ini. Aku bosan melihat sesuatu yg pergi,yg pernah berjanji akan kembali.
karna kemaren langit berkabung mengenang indahnya cahaya bintang jatuh yg tlah bungkam.
setelah langit kembali hitam pekat,
akhirnya aku lebih memilih bersembunyi di balik jendela,menunggu kehadiran seraut wajah yg berbeda atau mungkin aku hanya takut,atau hanya ingin meratapi kesedihan,entahlah..
Masih di balik jendela kamar,
diam-diam aku masih menyalakan kenangan sedemikian pelan.
Kerinduan lagi-lagi mencekat kuat,kukunya menancap di tenggorokan,
Kenangan menggenang di mataku,bingung harus terus menangis atau terluka,Atau memang harus keduanya?
perlahan menenggelamkan diriku,mungkin lebih tepatnya Hatiku..
Karna aku enggak pernah begitu mengerti: kamu yg datang,kamu yg pergi,kamu yg senang,kamu yg sedih.
Rasanya Malam enggak pernah segelap ini,pikirku..
haruskah aku tetap bersemayam seperti ini dikedalaman,di sesak dadaku terhimpit?hanya bisa memandangi dari jauh tanpa bisa menyentuh,menghirup pesona tapi enggak berasa..sampai kapan?
sudah tak terhitung banyaknya air mata yang keluar.
bagaimana penyesalan mengoyak-ngoyak hati,
bagaimana keputusasaan menyerap semua harapan yang tersisa,
bagaimana inginnya aku memutar ulang waktu dan membuat diriku kembali pada 15 taun yang lalu,
bagaimana perasaan kehilangan menusuk jantungku jutaan kali,
bagaimana aku mengharapkan adanya bintang jatuh yang bisa melemparkanku ikut  ke luar angkasa,
menjauh dari kesakitan yang ada..
bagaimana bisa aku mencintai seseorang begitu rupa,sampai enggak menyisakan tempat bagi yang laen..

sepotong malam yang begitu sempurna dan desah hujan yg melemah bener-bener mengundang resah.
saat hujan membiaskan bayangmu,aku masih melindungimu dalam kenangan,cukupkah?
saat rintik hujan meresonansikan suaramu,aku slalu merindukanmu dalam pikiran,
masih slalu mengaliri hari-harimu dengan do'a,masih bolehkah?
sampai detik inipun aku masih berusaha menyimpan kamu.
berusaha untuk enggak mengingatmu lagi.
berusaha menghindari semua kenangan dan peristiwa atas nama kamu.
aku belajar dari 0 lagi untuk tertawa,belajar hidup tanpa kehadiranmu penghias langit malam..
hanya saja,aku enggak pernah belajar untuk menerima kenyataan.
enggak pernah belajar untuk menerima bahwa kamu udah enggak ada.
aku hanya lari,menghindar...

Selasa, 10 April 2012

dalam lupamu,aku bertahan sekian lama..

Aku menulis di bawah hujan,satu dari sekian banyak nama yang kupertahankan,
hingga kemaren ku temukan hilang dan hanya wajah yang terukir dalam kenangan,kamu..
Aku tahu malam itu kamu berpaling,kemudian aku berlari-lari kecil menghindari genangan air di sepanjang jalan.
tanpa pelukan,tanpa senyum perpisahan,atau bahkan menyalami telapak tanganku,kamu enggak lagi bersikap sama.
Pelan-pelan menghindar,hanya diam,melihatku melangkah menjauh..
dan membiarkan cinta yang ku jaga itu perlahan tergerai tak bermakna.
Aku merasa kehilangan lebih dari sebelumnya,
Napas yang kuhembus di ujung 2011 pergi entah kemana,yang ada hanya hampa.
Rasanya perjalananku akhir-akhir ini seringkali tampak asing,
slalu ada gerimis di jejak sepatu kaca yang sengaja kamu tinggalkan,kerap tak terbaca.
Aku tahu,keberadaanku yang jauh dari sempurna yang sering kali bikin matamu sakit,atau membuatmu menahan malu.
Tapi aku tetap belajar mengejamu,Terbata dalam titian detik itu.
kamu adalah kisah yang tak terselesaikan,menyimpan duka yang mesra,canda yang lara.
Sempat terpikir,mungkin Tuhan sengaja menurunkanmu hanya untuk membuatku menangis dan menangis.
atau mungkin juga Tuhan mewakili dirinya untuk membuatku tersenyum,sesaat saja,cukup rasanya..

aku menyadari,,
enggak mungkin aku mencintaimu dengan sederhana,cinta dan rindu untukmu itu rumit,
serumit merangkai kata menggambar wajah masa lalu.
tentangmu,tentang aku,tentang kita.
enggak mungkin aku mencintaimu dengan sederhana.
enggak sesederhana caramu meninggalkan cinta-cinta laennya.
cintamu,luka itu.
entah seberapa sederhana perpisahan bisa aku jelaskan setelah kamu ingat bagaimana caranya melupakan.
mari bertaruh luka di meja ini dan lihat siapa yang menang,sebab bayangan masa depan terlalu buram,sementara masa lalu begitu terang.
enggak ada peluk yang cukup hangat untuk meredakan sakitku dan enggak ada cinta yang begitu erat untuk mengikat lalu membawamu kembali pulang.
sementara semuanya udah terlalu sakit untuk sesuatu yang di sebut "kita".
seperti ampas kopi yang pahit dan pekat,seperti bayangan luka yang begitu melekat,
sebab kepergian slalu terasa nyata dan kesepian slalu menjadi teman...