Rabu, 17 September 2014

Baca saja

Aku kacau lagi.
Aku memang tidak lagi menangis.
Tapi aku lagi-lagi memendam semuanya dan membiarkannya meledak melukai diri sendiri.

Aku menyadari ada yg berubah pada diriku sendiri.
Aku tidak tau langkahku kemana.Hanya menuruti semua instingku.Memaksakan topeng untuk menutupi raut luka.Mengolah senyum semampunya,memanipulasi perasaan.
Ketika aku berbalik arah,ada ibu yg melambaikan tangan.Memanggil dan berhamburan memelukku.Beliau berbisik,"Sabar dek,ibu tau kamu pasti akan baik-baik saja.",memberikan senyum sebisanya.
Aku meringkuk pasrah.Tidak ada setitikpun air mata yg jatuh,aku mencobah kokoh.
Beliau slalu tau apa yg aku alami dan rasakan,tanpa perlu aku bercerita.


Sore itu,sebenarnya aku sangat lelah.Dimulai dari hari sebelumnya,sebelumnya lagi dan sebelumnya lagi.Aku belum tau akan berakhir pada hari apa,kapan.Jadwal kuliah yg semakin aneh,keluarga yg lagi dirundung banyak masalah,kegiatan yg seringkali terbengkalai,dan juga beberapa berita duka.Entah bagaimana ceritanya,bersamaan dengan beratnya kelelahan itu,aku semakin menemukan banyak hal-hal dalam hubunganku bersama dia yg semakin sering terciptanya pertikaian-pertikaian kecil hingga memuncak,parah.Seperti tercabut sampai akarnya,sakit tapi tidak perih.Sedih tapi tidak bisa menangis.Aku tertawa,tapi sebenarnya tidak.Aku merasa "kosong".Menyesakkan bukan? :)

Aku hanya lelaki biasa,dengan hidup penuh liku dan ditempa untuk tidak lagi menangisi apa-apa yg tidak bisa aku rengkuh.
Untuk tidak lagi menangisi ketika semua perjuangan yg tidak berakhir seperti apa yg aku harapkan.
Untuk tidak lagi menangisi semua usahaku menjadi tak tenilai.
Untuk tidak lagi menangisi ketika tidak diperlakukan secara adil.
Untuk tidak lagi menyalahkan Tuhan atas apapun yg terjadi dalam hidupku.Karna seperti yg kamu tau sayang,sejak saat pahit itu,aku tidak pernah berharap akan dicintai dengan cara yg "mulia". . .

Ya,mungkin beberapa hal di semesta memang dirancang untuk hadir tanpa alasan,sehingga aku nggak akan menemukan jawaban dari "Mengapa ini terjadi?".Namun,pada saatnya nanti,semua kekaburan alasan itu akan aku temukan,entah bagaimana caranya.Semoga

Jumat, 12 September 2014

Jangan kemana-mana :)

Menerima kenyataan yg tidak sesuai dengan harapan kita itu tidak semudah menata sepatu ke dalam rak.Menekan fungsi otak untuk tidak melunjak itu kadang membuat semakin muak dan meledak,saking susahnya.Saking lelahnya.Membiarkan apa-apa yg diharuskan terjadi berjalan memenuhi takdirnya itu juga tidak sesederhana merekatkan handsaplast pada luka.Percayalah,itu benar-benar butuh usaha.

Lantas,kenapa aku bertahan sampai seperti ini? Padahal keadaan sering kali tidak memihak.Antara mungkin dan tidak mungkin buat bersama.Seperti cinta yg sedang kita jalani.Antara aku dan kamu yg berbeda dari berbagai sisi.Mencoba mengatasi,memperbaiki tapi tak kunjung teratasi.Beradu yg rentan terjadi,setiap kali.Salah satu alasannya mungkin keengganan memulai dengan yg baru.Dari awal lagi,menyesuaikan lagi,berkorban lagi.Karna memulai itu nggak pernah mudah.Dan aku terlalu malas melakukannya,atau sebenarnya memang aku yg terlalu takut kehilangan kamu. . .

Malam tadi terasa lebih dingin,lebih pekat,lebih nyeri karna perbedaan sikap yg kamu ciptakan.Mungkin juga semua karna kesalahan yg sama-sama telah kita buat.
Mungkin benar,suatu saat nanti kamu akan menjadi pecundang.
Yang menyerah,mengakhiri,lalu pergi dan menghilang.
Aku hanya ingin tau,sejauh mana kamu mempertahankan aku.Mempertahankan apa yg kamu bilang nyaman,juga sayang.

Maapkan aku yg tidak pernah bisa memberikanmu apa-apa.
Tidak bisa mengajakmu ketempat-tempat yg kamu suka.
Tidak selalu ada kapanpun ketika kamu butuh.
Tidak bisa secara rutin mengunjungimu,menemanimu disana.
Seadanya ini aku masih dan selalu berusaha membahagiakanmu.
Semoga kamu masih mau dan tetap tinggal,disini.
Nanti,ketika kamu ingin menyerah,ingatlah lagi apa-apa yg sudah kamu korbankan dan perjuangkan sampai sejauh ini :)


30 menit lagi matahari menampakan diri.Semoga tidurmu nyenyak malam tadi.Aku sayang kamu,selamat pagi :)